Minggu, 12 Juni 2011

otak kanan

Mendayakan Fungsi Belahan Otak Kanan dalam
Pengajaran Bahasa Indonesia


PERMASALAHAN / LATAR BELAKANG

Empat masalah yang sering dihadapi :

1. Masyarakat dan sistem pendidikan terlalu menekankan aktivitas mental belahan otak kiri.
Masyarakat umumnya lebih mementingkan analisis, logika, matematika dan jarang sekali memperhatikan atau kurang mengoptimalkan fungsi belahan otak kanan dalam pembelajaran (Khoo, Adam 1999). Pada kenyataannya memang sejak awal pendidikan tidak lebih dari 10 % mata pelajaran yang memakai fungsi belahan otak kanan, seperti kesenian dan musik. Bagaimana cara mendayagunakan belahan otak kanan atau memaksimalkan fungsi belahan otak kanan untuk pembelajaran?

2. Materi pengajaran dan pembelajaran yang kurang menarik.
Mahasiswa sudah memiliki pengalaman belajar paling sedikit 12 tahun. Sayangnya pengalaman belajar mereka tidak selalu menyenangkan dan menarik (Malouf Doug, 2000). Banyak yang mengeluh materinya membosankan, kering, dan pembelajaran hanya di belakang meja, sangat formal. Bagaimana merancang materi pengajaran yang menarik? Ini berkaitan dengan pendekatan atau strategi pembelajaran.

3. Hambatan mencapai target belajar bahasa, bahasa ekspresif.
Winitz (1981,1982), Nord (1981) dan Krashen (1978) dalam Asher (1996) mengatakan bahwa “production cannot be taught”. “Production can be shaped perhaps, but not directly taught”. Pengalaman membuktikan bahwa terlalu dini mengharapkan mahasiswa untuk berbicara, bisa membuat mereka stress dan selanjutnya menghambat aspek komunikatif para pembelajar. Bagaimana pendekatan yang lebih baik untuk mencapai kemampuan berkomunikasi ?

4. Langkanya bahan ajar untuk penutur asing.
Beberapa bahan ajar bisa didapatkan di Singapura namun penulis ingin
memperkayanya, juga dengan mengajarkan budaya melalui bahasa.
Mengajarkan budaya Indonesia pada penutur asing sama pentingnya dengan
mengajarkan bahasa Indonesia itu sendiri. Bagaimana pembelajaran yang
kreatif dan bervariasi ?



TUJUAN

Berdasarkan 4 masalah di atas, Erlin Barnard, Fanny Loe, Lucia Lawu dan penulis merancang paket materi pengajaran dengan pendekatan yang bervariasi untuk mencapai tujuan akhir (target bahasa) yang sama. Sebelum mahasiswa diharapkan berbicara, mahasiswa diberi berbagai masukan untuk mencapai pemahaman bahasa. Masukan dan respons mahasiswa dibuat sedemikian rupa agar kedua belahan otak kiri dan kanan berfungsi optimal, bisa dalam bentuk permainan, peragaan, menggambar, menyanyi , drama, bercerita dan berimajinasi.

Paket pengajaran ini merupakan bahan ajar yang dikembangkan dari materi pengajaran “oral proficiency” ciptaan Erlin Barnard dan Luciawati Suharni.

Bahan ajar ini diujicobakan pada mahasiswa National University of Singapore semester satu dan dua. Pembelajar dibagi dalam dua kelompok, yang satu diberi bahan ajar ketrampilan oral, dan kelompok kedua diberi bahan ajar “baru”.


KAJIAN TEORI


BELAHAN OTAK KIRI DAN KANAN.

Setiap belahan otak (kiri atau kanan) mempunyai fungsi yang berbeda. Belahan otak kiri berhubungan dengan logika, analisa, bahasa, rangkaian (sequence) dan matematika. Jadi belahan otak kiri berespons terhadap masukan-masukan di mana dibutuhkan kemampuan mengupas/meninjau (critiquing), menyatakan (declaring), menganalisa, menjelaskan, berdiskusi dan memutuskan (judging). Belahan otak kanan berkaitan dengan ritme, kreativitas, warna, imajinasi dan dimensi. Jadi belahan otak kanan berfungsi kalau manusia menggambar, menunjuk, memeragakan, bermain, berolahraga, bernyanyi, dan aktivitas motorik lainnya. Sebenarnya kedua belahan otak kiri dan kanan sama penting dan sama kuatnya. Mereka saling melengkapi satu dengan yang lain.

Kalau sampai saat ini pembelajar lebih banyak menggunakan belahan otak kiri, apa yang terjadi kalau sekarang mereka memakai kedua belahan itu sekaligus ? Tentunya secara teoritis pembelajar akan memiliki kekuatan otak yang ganda, karena memakai semua kapasitas otak yang dimilikinya. Bahan ajar yang diciptakan ini memakai strategi mengoptimalkan seluruh kapasitas otak pembelajar.


PEMBELAJARAN YANG MENARIK.

Pembelajar khususnya orang dewasa biasanya takut untuk berbuat kesalahan. Sudah tentu semua proses belajar ada kemungkinan gagal atau membuat kesalahan. Tapi sebagai pengajar kita bisa membuat resiko ini seminimal mungkin. Hal ini agak sulit dicapai kalau pembelajar diminta untuk berbicara dalam bahasa target. Di lain pihak ada pendapat bahwa orang akan belajar secara optimal kalau dia ikut berpartisipasi (Malouf, Doug 2000). Tugas pengajar untuk memikirkan aktivitas apa yang paling optimal, menarik, dinamis dan relatif lebih kecil resikonya.

Malouf (2000) mengajukan format bahan ajar untuk pembelajar dewasa :

1. Tahap pemberian informasi.
Sebelum diberi dialog, pengajar mempersiapkan kerangka berpikir pembelajar
dengan memberikan latar belakang situasi atau mengajukan pertanyaan-
pertanyaan pra-dialog. Hal ini bisa dihubungkan dengan budaya atau kebiasaan
masyarakat Indonesia.

Asher (1966) mengatakan : “pembelajaran melalui pancaindera penglihatan
lebih efisien dan bertahan lebih lama dalam ingatan dibandingkan dengan
pendengaran”. Dengan pertimbangan di atas, penulis mengombinasi pemberian
dialog melalui audio dengan benda-benda konkrit, gambar, gerakan fisik dan
ekspresi emosi.

2. Tahap peragaan.
Asher (1966) percaya bahwa kondisi yang optimal untuk belajar adalah
bagaimana pembelajar pertama-tama diperkenalkan dengan bahan ajar.
Menurutnya, ketrampilan menebak sangat penting dalam belajar dan erat
Kaitannya dengan lamanya bertahan dalam ingatan. Implikasinya, jangan
berikan terjemahan atau arti langsung kepada pembelajar, tapi biarkan
mereka memprosesnya secara mendalam dan menebaknya melalui konteks.

Selain itu Asher mengemukakan : “Semakin tepat pembelajar menebak arti
kata, semakin cepat dia belajar kosa kata baru, menyerapnya, mengerti
kalimat atau konteksnya dan bertahan lebih lama dalam ingatan”. Artinya,
jangan biarkan pembelajar menerka-nerka sendiri, tetapi pengajar harus
memperkecil kesalahan menebak dengan memberikan gerakan, ekspresi dan cara
konkrit lainnya yang memudahkan pemahaman kosa kata baru.

3. Tahap pelaksanaan.
Sesudah pemahaman terjadi, pembelajar diharapkan bisa memproduksi secara
terbatas melalui aktivitas yang sederhana. Sesudah itu bisa mengaplikasikannya
dalam situasi yang lebih majemuk.


BAHASA RESEPTIF DAN EKSPRESIF

Dalam setiap kebudayaan sepanjang sejarah manusia, anak-anak berbicara dalam “bahasa ibu” setelah lebih dari setahun ibu atau orang2 di sekitarnya berkomunikasi dengan anak itu. Seseorang harus mencapai tahap pemahaman lebih dulu sebelum dia mulai berbicara. Bahkan dapat dikatakan bahwa pemahaman adalah kondisi yang diperlukan sebelum perkataan muncul. Dan pemahaman ini bisa dipercepat melalui pemberian instruksi. Pendekatan ini dipakai oleh Asher untuk mengajarkan bahasa melalui “learning another language through actions”. Usaha yang optimal dilakukan dengan cara yang menarik perhatian pembelajar untuk menangkap makna pesannya. Hal ini berguna untuk menguatkan pengertian bahasa dalam waktu singkat karena pengajaran dilakukan terkonsentrasi, bervariasi, menarik dan direncanakan secara khusus. Alat2 peragapun hendaknya bertahap, mulai dari benda2 konkrit, gambar2 sampai akhirnya ke kata2 yang tertulis. Kalau pemahaman ini sudah benar2 meresap, maka bahasa ekspresif akan muncul secara spontan (Asher, James, 1996).

Masa pubertas adalah masa kritis yang menentukan apakah seseorang akan mencapai kemampuan berkomunikasi yang hampir sama dengan penutur asli atau tidak. Dalam belajar bahasa ada pendapat, kalau pengajar sejak awal membiarkan kesalahan2 dalam produksi (bahasa ekspresif), maka pembelajar akan terus menerapkan “kebiasaan buruk” ini, dan akhirnya kesalahan makin sulit untuk diperbaiki. Di lain pihak Asher and Garcia (1969, 1982, 1986) dalam penelitiannya pada imigran Cuba di San Francisco Bay menemukan bahwa sangat jarang pendatang yang tiba setelah masa pubertas bisa berkomunikasi mendekati penutur asli. Tetapi pendatang ini mampu mencapai kemampuan menyimak atau pemahaman bahasa seperti penutur asli. Inilah yang mendasari penciptaan bahan ajar dengan pendekatan yang lebih mengutamakan kemampuan menyimak dan pemahaman bahasa sebagai dasar yang kuat sebelum mengharapkan tercapainya bahasa ekspresif.


MENGAJARKAN BUDAYA INDONESIA PADA PENUTUR ASING

Melalui dialog mahasiswa diperkenalkan pada autentisitas aspek budaya yang melatar belakangi konteks dialog atau bahasa itu sendiri. Hal ini bisa ditunjukkan melalui peragaan, terutama kalau pengajar mau menunjukkan pentingnya keramahtamahan untuk suksesnya berkomunikasi.

Sebelum dialog diperdengarkan, bisa dilakukan tanya jawab pradialog untuk memudahkan pembelajar masuk dalam konteks budaya yang melatarbelakangi dialog. Hal ini perlu ditumbuhkan dalam pikiran pembelajar sebelum mereka mulai mendengar dialog. Pemahaman tentang isi dialog bisa dipermudah dengan bantuan gerakan. Ini akan meningkatkan semangat pembelajar, karena bukan hanya pembelajar saja tapi juga pengajar turut berpartisipasi sehingga proses belajar menjadi lebih dinamis, terbuka, dan interaktif.


HASIL PENELITIAN

Umpan balik mahasiswa.

Beberapa cuplikan respons mahasiswa :
1. Pembelajaran berlangsung melalui aktivitas yang padat dan bervariasi di mana
dibutuhkan kesigapan seluruh pancaindera, namun pembelajar merasa senang dan
menikmatinya.
2. Banyak interaksi yang membuat pembelajaran menarik, walaupun kadang-kadang
aktivitasnya dirasa lebih cocok untuk anak-anak. Tetapi ini yang membuat pembelajar tidak tegang dan bisa tertawa lepas.
3. Aktivitasnya menggairahkan dan menantang sehingga meningkatkan motivasi belajar.
4. Suasana belajar sangat hidup sehingga pembelajar tidak sabar menunggu kelas berikutnya.
5. Meningkatkan rasa ingin tahu karena harus menebak sendiri dan melalui peragaan sangat membantu tercapainya proses pemahaman.
6. Pembelajaran ini bervariasi dan menyegarkan, tidak sebagaimana kuliah dan kelas tutorial lainnya.
7. Semakin lama semakin mencintai pelajaran bahasa Indonesia.

Hasil-hasil lainnya sedang dalam proses.


PENUTUP

1. Tidak ada satu pendekatan yang paling efisien untuk setiap pembelajar. Namun untuk meningkatkan dan mempertahankan motivasi pembelajar, juga untuk mencapai pemahaman yang optimal, sebagai dasar yang kuat untuk mencapai bahasa ekspresif, pendekatan ini sangat efektif.
2. Untuk pembelajar tingkat dasar dan menengah, pendekatan ini sangat disarankan karena telah terbukti bisa memberikan suasana belajar yang menyenangkan.
3. Bahan ajar dengan pendekatan ini dirancang untuk digunakan bersamaan dengan bahan ajar pendekatan “oral proficiency” dan website yang sedang dalam proses untuk pembelajar belajar secara mandiri.


CONTOH MATERI PENGAJARAN


PELAJARAN 9D


Dalam pelajaran ini akan dipelajari :

I. Statement for doing two things at the same time : “………sambil..………”
II. Expressing that something still needs to be done : “……masih harus……”
III. Expressing possibility : “Barangkali ada ……………yang…… ………..”
IV. Responding to kind offer : “Tidak usah…………….,biar.………….……”


KEGIATAN PENGANTAR

A. Pra-aktivitas
Bagaimana tradisi di sini kalau orang pindah rumah ?
Di Indonesia, kalau orang baru pindah rumah biasanya ……..
Susi datang ke rumah bu Ida yang baru pindah rumah.
Kira-kira percakapan apa yang terjadi antara Susi dengan bu Ida ?


B. Siapkan
1. Gambar rumah, gambar perabot.
2. Jam dinding.


C. Mendengarkan seluruh dialog.


P E R A B O T

Susi kembali dari mengantar makanan ke rumah Bu Bandi.

Ibu Ida : …………………………………………………………………
Susi : …………………………………………………………………
dst.


I. …………………….SAMBIL…………………….


A. Pra-aktivitas
Susi menolong mengantarkan nasi kuning dan lauk pauknya ke rumah tetangga bu Ida, bu Bandi. Dia sedang apa waktu Susi ke rumahnya ?


B. Siapkan
1. Majalah
2. Gambar orang di terminal bis untuk latihan 1.
3. Kaset rekaman dan satu set gambar untuk latihan 2 dan 3.
4. Gambar untuk latihan 4.


C. Mendengarkan rekaman bagian 1


D. Latihan
1. Mendengar dan memperhatikan.
Pengajar memeragakan / menunjukkan 2 hal sekaligus.
Saya berjalan sambil melihat majalah.
Saya menelepon sambil membuat kue.
Orang ini membaca surat kabar sambil menunggu bis.
2. Mendengarkan narasi sambil memasangkan gambar.
Teks narasi : PAK TOMO DAN KELUARGANYA.

3. Membuat kombinasi lain dengan gambar-gambar yang sama. Pembelajar bisa mulai membuat kalimat sederhana.

4. Membuat satu paragraf pendek.
Pembelajar diberi gambar dan disuruh membuat paragraf pendek.


II. …………….MASIH HARUS ………………….


A. Pra-aktivitas.
Rumah bu Ida besar, ya (tunjukkan gambar interior rumah yang besar dan
kosong). Jadi dia perlu banyak perabot untuk rumahnya. Barang apa saja
yang masih harus dibeli ?


B. Siapkan
1. Gambar rumah, jam dinding, perabot
2. Gambar untuk latihan 3


C. Mendengarkan rekaman bagian 2


D. Latihan
1. Mendengar dan memperhatikan.
Sambil memeragakan pengajar bertanya :
“Barang-barang apa saja yang masih harus dibeli / ditambah di ruang ini ?” ----- kursi, meja.
Kursi masih harus dibeli. Meja masih harus dibeli / ditambah.
“Barang-barang apa saja yang masih harus dipindah / dibuang
dari ruang ini ?” ----- komputer, poster.
Komputer masih harus dipindah. Poster masih harus dibuang.

2. Mendengar instruksi dan mahasiswa memeragakan.
Kursi masih harus dipindah dari ruang tamu ke ruang makan.
Meja masih harus diambil dari rumah lama.
Lampu masih harus dibeli di toko.
Lukisan masih harus dipasang di dinding.
Komputer masih harus dipindah dari ruang tamu ke kamar.

3. Bermain peran.
Lihat gambar – Barang-barang ini masih harus Anda apakan ?

Situasi : Anda baru pindah rumah, barang-barangnya masih
berantakan.
Pakai kata kerja : antar, bayar, telepon, kembalikan, kirim, ambil.
Pakailah pola : “………….masih harus……………”


III. BARANGKALI ADA …………………….YANG…………..


A. Pra-aktivitas
Bu Ida mau membeli jam dinding. Di mana dia bisa mendapatkannya ?
Bagaimana kira-kira respon Susi ?


B. Siapkan.
1. Gambar iklan handphone.
2. Kaset rekaman dan kertas untuk menggambar (latihan 2).
3. Set gambar untuk latihan 3.


C. Mendengarkan rekaman bagian 3.


D. Latihan
1. Mendengar dan memperhatikan
Sambil menunjuk pada iklan handphone pengajar berkata :
Teman saya mau membeli handphone dengan nomer khusus.
Barangkali ada nomer yang dicari teman saya di toko ini.
Saya dengar ada model handphone yang terbaru.
Barangkali ada model terbaru yang dijual di toko ini.

2. Mendengar rekaman percakapan bapak dan ibu Ali dan mahasiswa menggambar.
Judul : PANTAI PANGANDARAN.

3. Membuat dialog singkat untuk setiap gambar.
Dalam dialog harus ada pola :”Barangkali ada…….yang……”


IV. TIDAK USAH ………………BIAR…………………..


A. Pra-aktivitas
Waktu Ratih mau mengantarkan jam dinding ke rumah bu Ida, apa yang
dikatakan bu Ida ? Apa situasi atau dialog seperti ini sering Anda jumpai
di negara Anda ? Pengajar bisa menerangkan latar belakang budaya Indonesia.

B. Siapkan
Set pernyataan untuk latihan 2.


C. Mendengarkan rekaman bagian 4


D. Latihan
1. Mendengar dan memperhatikan.
Pengajar melakukan sesuatu yang menimbulkan respon mahasiswa. Misalnya sengaja menjatuhkan bolpen di depan mahasiswa. Waktu mahasiswa mau mengambil,pengajar berkata:
“Tidak usah diambilkan, biar saya ambil sendiri”.
Pengajar mau memberikan kertas kerja kepada mahasiswa.
Waktu mahasiswa mau berdiri, pengajar berkata :
“Tidak usah kemari, biar saya yang ke situ saja”.

2. Kegiatan berkelompok.
Mencocokkan kalimat-kalimat di kolom A, B dan C.

3. Berpasangan : berdialog
Situasi : Di toko kue.
Berilah respon memakai pola :”Tidak usah..……..biar..………”
Pegawai toko : Saya akan mengantar kue ulangtahunnya besok
ke rumah Anda.
Anda : …………………………………………………………dst

Situasi : Di rumah teman Anda.
Teman Anda : Ayo, saya antar ke rumah Anda. Hari ini saya ada
mobil.
Anda : ………………………………………………………...dst.


RANGKUMAN

1. Mainkan peran antara Tanti dengan pacar barunya.
(A : Tanti ; B : pacar baru).

Situasi : Tanti seorang yang senang pesta dan minggu depan dia akan berulang
tahun yang ke-21. Dia mau mengadakan pesta, tapi minggu ini dia
sibuk, banyak tugas dan projek yang harus diselesaikan. Ibunya juga
masih sakit. Anda sekarang menelepon pacar baru Anda mendiskusikan
rencana pesta minggu depan. Anda memulai percakapan.



2. Mainkan peran antara Anda (orang Singapura) dan teman pena Anda di Indonesia.
(A: Orang Singapura ; B : Orang Indonesia).

Situasi : Anda mau berlibur ke Jogja selama 2 minggu. Di sana Anda akan tinggal
dengan teman pena Anda. Diskusikanlah dengan teman pena Anda itu,
barang-barang apa saja yang perlu dibawa.

Pakai kata-kata / phrasa : ………….masih harus………….
barangkali ada………….yang …………….
tidak usah …………..biar ………………
sambil
bawa
beli
antar


DAFTAR PUSTAKA

Asher, James J. (1996). Learning Another Language Through Actions. Sky Oaks Productions, Inc.

Asher, James J. Brainswitching – Practical Applications of the right - left brain. Sky Oaks Productions, Inc.

Clark, Morag (1989). Language Through Living. Hodder and Stoughton.

Hendricks, Howard G. (1988). The 7 Laws Of The Teacher. Walk Thru the Bible Ministries, Inc.

Khoo, Adam (1999). I Am Gifted So Are You. Oxford University Press.

Malouf, Doug (2000). How To Teach Adults In A Fun And Exciting Way. Business & Professional Publishing.

Strong, Michael (1988). Language Learning and Deafness. Cambridge Applied Linguistics.

Tidak ada komentar: