Minggu, 14 Desember 2008

PENETAPAN MASALAH DALAM PENELITIAN

PENETAPAN MASALAH DALAM PENULISAN
KARYA ILMIAH

Oleh: Dr. Fahrurrozi, M.Pd.

PENDAHLUAN
Langkah pertama dan sekaligus juga merupkan hal yang paling esensial dalam penyusunan karya ilmiah adalah menetapkan/mengajukan masalah. Secara umum masalah berada pada suatu konsistensi tertentu yang dipengaruhi atau berhubungan dengan berbagai faktor tertentu. Oleh karena itu, seyogyanya masalah tersebu terlebih dahulu dikenali melalui hubungannya dengan berbagai faktor tersebut. Pengenalan masalah tersebut akan memunculkan berbagai pernyataan yang disebut masalah.
Masalah sebagaimana didefinisikan oleh Sudjana (1901.21) adalah " pertanyaan-pertayaan yang sengaja diajukan untuk dicari jawabanya melalui peneliitian". Masalah merupakan suatu kondisi yang memerlukan pembahasan, pemecahan, informasi, atau keputusan (Hajar, 1996: 38). Masalah juga bisa didefinisikan sebagai “gap”/kesenjangan antara apa yang dinginkan. Kesenjangan yang dapat dikaji melalui penelitian apabila kesenjangan itu dapat dipecahkan dengan pendekatan ilmiah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak semua bentuk pertanyaaan merupakan masalah. Pertanyaan seperti Siapakah Rektor UNJ Jakarta?, ini bukanlah merupakan permasalahan dalam karya ilmiah karena untuk menjawabnya tidak perlu diadakan penelitian
Sebuah masalah adalah suatu situasi yang merupakan akibat dari interaksi dua atau lebih faktor (seperti kebiasaan-keadaan-keadaan, keinginan-keinginan) yang menimbulkan :­
1. Peryataan yang membingungkan (masalah konseptual).
2. konflik yang mengharuskan memilih alternatif-alternatif yang
diperdebatkan (masalah aksi).
3. Konsekuensi yang tidak diharapkan (masalah nilai).

1. Bentuk-bentuk masalah
Bentuk-bentuk masalah dikembangkan berdasarkan penelitian menurut tingkat eksplanasinya. Berdasarkan hal tersebut masalah dapat dikelompokkan kepada bentuk masalah deskriptif, komperatif, dan asosiatif.
a. Masalah Deskriptif
Masalah deskriptif adalah suatu masalah yang berkenaan dengan variable mandiri, tanpa membuat perbandingan dan menghubungkan
b. Masalah Komparatif
Masalah komparatif adalah suatu permasalahan yang bersifat membandingkan keberadaan suatu variable pada dua sampel atau lebih.
c. Masalah Asosiatif
Masalah asosiatif adalah suatu pertanyaan penelitian yang bersifat menghubungkan dua variable atau lebih.

PENETAPAN MASALAH
Penetapan masalah harus memperhatikan aturan ataupun kebijakan yang telah ditetapkan. Di setiap perguruan tinggi terdapat aturan penulisan karya ilmiah yang dimuat dalam suatu buku panduan yang disebut Panduan Penulisan Karya Ilmiah. Dalam buku panduan penulisan karya ilmiah, diperoleh gambaran secara teknik cara menyusun karya ilmiah. Penetapan dan perumusan masalah, menjadi masalah pokok dalam usulan penelitian. Pada dasarnya merupakan rumusan fenomena yang akan dijawab dalam penelitian. Masalah sebagai fenomena, berarti sebuah gejala sehingga untuk mendapatkannya dapat ditelusuri dari sumber fenomena tersebut. Sedangkan sebagai rumusan pokok maka seharusnya masalah, menjadi hal yang pertama dicari, dirumuskan dan dibatasi oleh seorang peneliti.
Sumber masalah, berasal dari mana saja, dan untuk memperolehnya dapat dilakukan melalui pengamatan terhadap alam, membaca, berdiskusi ataupun melalui pengalaman-pengalaman. Turney dan Noble dalam Danim (2000:56), menyatakan lima sumber masalah penelitian empirik, yaitu; (a) pengalaman pribadi, (b) keterangan yang diperoleh secara tidak sengaja, (c) kerja dari kontak-kontak profesional, (d) pengujian dan pengembangan teori, dan (e) analisis terhadap literatur profesional dan hasil-hasil penelitian yang relevan. Banyak hal yang dapat dijadikan masalah, hanya saja apakah persoalan itu layak diteliti atau tidak? Untuk itu dibutuhkan kriteria masalah penelitian.
Kriteria masalah dibutuhkan setelah seseorang dapat mengungkap permasalahan atas sesuatu objek yang diperhatikannya. Nawawi dan Hadar (1995:24-29) merumuskan tiga unsur dan enam kriteria masalah yang dapat diangkat dalam karya ilmiah yaitu; (a) masalah harus tampak dan dirasakan sebagai suatu tantangan bagi peneliti untuk dipecahkan dengan mempergunakan keahlian atau kemampuan profesionalnya, (b) masalah merupakan kondisi yang menunjukkan kesenjangan (gap) antara peristiwa atau keadaan nyata (das sain) dengan tolok ukur tertentu (das sollen) sebagai kondisi ideal atau seharusnya bagi peristiwa atau keadaan tertentu itu, dan, (c) masalah adalah keraguan yang timbul terhadap suatu peristiwa atau keadaan tertentu berupa kesangsian tentang tingkat kebenarannya, termasuk juga ketidaktahuan mengenai peristiwa atau keadaan yang diragukan itu. Keraguan terhadap sesuatu, sehingga sesuatu tersebut masih perlu dibuktikan/diverifikasi sehingga dapat menjadi masalah dalam penelitian. Adapun kriteria masalah yang baik adalah; (a) berguna untuk diungkapkan, (b) relevan dengan kemampuan dan keahlian peneliti, (c) menarik perhatian untuk diungkapkan, (d) menghasilkan sesuatu yang baru, (e) dapat dihimpun datanya secara lengkap dan objektif, dan (f) tidak terlalu luas atau sebaliknya. Pembatasan masalah, perlu dilakukan karena masalah itu tidak berdiri sendiri tetapi terkait dengan masalah-masalah lain sehingga sulit memfokuskan rumusan masalah pada masalah penelitian.
sudjana (1991 : 21-23) mengemukakan ada tiga segi untuk mengukur kelayakan suatu.masalah untuk diteliti :
1. Dan segi keilmuan, harus jelas kedudukannya berada dalam struktur keilmuan yang sedang dipelajari.
2. Dari segi metode keilmuan, masalah harus dapat dipecahkan melalui langkah berfikir ilmiah atau metode ilmiah.
3. Masalah harus disesuaikan dengan kepentingan mahasiswa itu sendiri.
Furchan ( 1932:81-85) mengemukakan pula kriteria masalah yang yang layak untuk dibahas.
1. Idealnya masalah tersebut hendaknya merupakan masalah yang pemecahan akan memberikan sumbangan kepada bangunan pengetahuan di bidang pendidikan­
2. Persoalan itu hendaknya merupakan persoalan yang akan membawa kita kepada persoalan-persoalan baru dan dengan demikian Juga kepada penelitian berikutnya.
3. Persoalan itu harus merupakan persoalan yang dapat diteliti.
4. Persoalan itu harus sesuai dengan: (a) menarik; (b) berada dalam bidang yang dikuasai; (c) dapat dilaksanakan dalam situasi tempat peneliti; (d) dapat diselesaikan dalam waktu yang tersedia; (e) secara ethic dan politik dapat dilakukan; (f).mungkin memperoleh akses mengumpukan data.
Sehubungan dengan hal di atas, dibutuhkan pembatasan-pembatasan permasalahan. Pembatasan masalah mengandung pengertian, menyatakan masalah penelitian diantara masalah-masalah lain yang memiliki kedekatan dengan masalah dimaksud. Pembatasan masalah tidak berarti mengecilkan atau menyempitkan masalah, tetapi memperjelas ruang lingkup permasalahan.
Rumusan masalah, lebih ditujukan pada pengungkapan bahasa sehingga tidak menimbulkan penafsiran lain. Oelah karena itu, rumusan masalah harus dirumuskan dengan baik. Hal ini dapat dilakukan setelah masalah tersebut diidentifikasi dan dibatasi dengan jelas. Perumusan masalah lazimnya dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yang menyangkut hubungan antarvariabel penelitian maupun adanya perbedaan sifat hubungan harus jelas. Menurut Suwito dalam Prayitno dkk.(1993:138-188), bahwa bahasa ilmu pengetahuan, memiliki ciri-ciri; (a) pilihan kata dan peristilahannya tepat, (b) kalimatnya efektif dan penataannya dalam paragraf baik, (c) penalaran dan sistematikanya bagus, dan (d) pemaparan dan gaya bahasanya menarik. Jadi, rumusan masalah yang baik adalah rumusan masalah yang dapat mengungkapkan substansi permasalahan.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penentuan masalah penelitian adalah ketersediaan informasi serta sumber dukungan kepustakaan. Kepustakaan berperan sebagai tangga berpikir menuju jawaban permasalahan. Walaupun permasalahan itu baik, tetapi bila tidak didukung oleh kepustakaan yang memadai maka sebaiknya permasalahan tersebut tidak diteruskan, sebab akan mengalami kebuntuan dalam proses penelitiannya nanti. Berikut ini akan dideskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan masalah.

1. Latar Belakang Masalah
Menurut Naga (1981 :4) pada latar belakang dikemukakan sutau pembuktian dari penelitian yang dilakukan bahwa “latar belakang ini dapat menunjukkan adanya masalah yang diteliti. Latar belakang ini harus ditampilkan secara kuat , untuk itu diharuskan mengemukakan data dan fakta sebagai alasan dengan mengurangi argumentasi pribadi sedikit mungkin. Pada bagian latar belakang ini merupakan tempat untuk mengemukakan dan menjelaskan serta menerangkan kenapa begitu penting masalah yang ditampilkan. Di sini peneliti harus dapat menjelaskan keinginan untuk meneliti masalah tersebut timbul, karena peneliti melihat adanya kesenjangan atau jurang perbedaan antara apa-apa yang seharusnya atau idealnya sangat berbeda dengan kenyataan yang ditemui dan diketahui atau dilihat. Peneliti tentu ingin mengetahui mengapa terjadi perbedaan tersebut. Peneliti perlu mengemukakan pada latar belakang ini fakta dan data yang mendukung masalah yang seharusnva dan yang idealnya tadi. Setelah itu peneliti harus dapat pula mengemukakan kenyataan­kenyataan yang ditemui berdasarkan data dan faktanya pula sehingga pada latar belakang ini diketahui dengan jelas bahwa masalah yang diajukan betul-betul dirasakan perlunya.



2. ldentifikasi Masalah.
Topik tidak persis sama dengan masalah penelitian, tetapi mengajukan pertanyaan-pertanyaan terhadap topik-topik yang berhubungan masalah sebenarnya lebih spesifik dari topik penelitian. Dengan mengemukakan masalah atau pertanyaan-pertanyaan penelitian sekaligus akan terlihat ruang lingkup atau batasan penelitian.
Dalarn usaha menjelaskan masalah penelitian peneliti bisa mulai dari topik-topik umum kemudian berangsur mempersempit topik menjadi masalah peneiitian. Namun sebelum sampai kepada memformulasikan pertanyaan yang spesifik ada baiknya peneliti terlebih dahulu mengindentifikasi atau berusaha menjelaskan apa yang mungkin terlingkup dalam topik yang telah dipilihnya itu. umpamanya, seorang peneliti tertarik dengan topik hasil belajar.
Langkah pertama yang mungkin dilakukan peneliti adalah mengadakan brain storming tentang apa-apa saja yang berhubungan dengan hasil belajar. Seperti satu diantaranya mungkin faktor-faktor yang mempengaruhi hasi belajar, seperti intelegensi, minat, fasilitias, perhatian guru dan orang tua, cara mengajar guru dan lain sebagainya. Atau mungkin juga seorang peneliti menempatkan hasil mengajar sebagai variable independen dan melihat pengaruh hasil belajar terhadap aktifitas dan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar atau terhadap persepsi siswa terhadap mata apelajaran itu sendiri.
Contoh lain, seorang peneliti tertarik dengan cara guru mengajar. Cara guru mengajar dapat dijelaskan mungkin dalam kaitannya dengan latar belakang pendidikan, pengalaman, kehidupan rumah tangga, status, nilai-nilai yang diyakini guru dan lain sebagainva. Atau cara mengajar guru dapat juga dilihat dalam
kaitannva dengan perhatian siswa terhadap mata pelajaran, hasil yang dicapaisiswa dan lain sebagainya.

3. Pembatasan Masalah
Permasalahan yang dipilih peneliti mungkin luas sekali ruang lingkupnya, seperti hasil belajar sebagai dikemukakan terdahulu banyak sekali taktor atau variable yang terkait di dalamnya. Oleh karena keterbatasan penelitian, maka peneliti membatasi penelitiannya hanya kepada satu variable atau beberapa variable saja pemilihan atau pembatasan variable yang diteliti itu sepenuhnya adalah pertimbangan peneliti sendiri dengan melihat signifikasinya. Sehubungan dengan permasalahan hasil belajar, misalnya, berdasarkan pengamatan di lapangan, peneliti kemudian tertarik untuk melihat kaitannya dengan tingkat disiplin yang diterapkan oleh guru yang mengajar bidang studi tersebut atau hasil belajar dilihat dengan demokrasi atau diktatornya guru dalam proses belajar mengajar dan lain sebagainya.

4. Perumusan Masalah
Setelah peneliti membatasi masalah pada variable atau konsep dalam penelitian, kemudian peneliti merumuskan permasalahan tersebut dalam bentuk kalimat pertanyaan yang lebih spesifik. McMillan dan Schumacher (1984:48). Dalam merumuskan permasalahan,sedikit berbeda dari yang dikemukakan Tuckman. Tuckman cenderung merumuskan masalah penelitian dalam bentuk kalimat pertanyaan, sernentara McMillan dan Schumacher berpendapat bahwa perumusan masalah penelitian bisa salah satu dari 3 bentuk pernyataan, pertanyaan dan hypothesis.

5. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai. Sebenarnya apabila ditilik dari isinya sesuatu yang ingin dicapai, yang merupakan tujuan penelitian, sama dengan jawaban yang dikehendaki dalam problematik penelitian.
contoh
Problematik
Tujuan
Di semester berapakah microteaching mulai dilaksanakan di PGSD UNJ Jakarta.
Ingin mengetahui di semester berapakah micro teaching dimulai di PGSD UNJ Jakarta .
. Dengan contoh di atas dapat dipahami dengan mudah tujuan penelitian, atau dengan kata lain tujuan penelitin yaitu: merumuskan tujuan umum penelitin yang kosisten dengan masalah pokok penelitian.

6. Kegunaan Penelitian
Sebenarnya penjelasan tentang kegunaan hasil penelitian ini tidak mutlak harus ada. Rumusan tentang kegunaan hasil penelitian adalah kelanjutan dari tujuan penelitian. Pembicaraan tentang kegunaan hasil penelitian ini menjadi penting setelah beberapa peneliti tidak dapat mengatakan sebenarnya hasil apa yang di harapkan, dan sejauhmana sumbangannya terhadap kemajuan ilmu pengatahuan.
Contoh : tujuan penelitian: ingin mengetahui di semester berapa microteaching dimulai. kegunaan hasil penelitian: dengan diketahuinya di semester berapa microteaching dimulai, dihubungkan dengana hambatan yang dijumpai serta factor-­faktor pendukung lain, peneiti bisa memberikan informasi kepada pengembangan kurikulum untuk dijadikan pedoman umum bagi pelaksanaan micro-teaching. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa kegunaan hasil penelitian merupaka tindak lanjut penggunaan informasi atau jawaban yang tertera dalam kesimpulan penelitian ­
DAFTAR PUSTAKA

Sudjana, Nana, Tuntunan penulisn .karya ilmiah, Makalah, Skripsi, Tesisi, Diserlation, Sinar Baru, Bandung, 1991.
Furchan, Arief, Pengantar Penelitian dalam pendididkan, Usaha Nasional, 1982.
McMillan, James H. and Schumacher, Sally, Research in Fducalion, A Conceptual Introduction, Little Brown and Company, Toronto, 1984.
Tuckman, Bruce W, Cunducting Educational Research, Harcourt Brace Jovanovich, Inc., Atlanta, 1972.
Danim, Sudarwan, Metode Penelitian Untuk Ilmu-Ilmu Prilaku Jakarta: Bumi aksara, 2000.
Nawawi, Hadari dan Martini Hadar, Instrumen Penelitian Bidang Sosial Yogyakarta: UGM-Press, 1995.
Prayitno, Harun Joko, Thoyibi dan Adyana Sunanda (ed.), Pembudayaan Penulisan Karya Ilmiah Surakarta: Muhammadiyah University, 2001.

Tidak ada komentar: