Minggu, 14 Desember 2008

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DAN GAYA KOGNITIF
TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS
Studi Eksperimen pada Mahasiswa Jurusan PGSD
FIP Universitas Negeri Jakarta



Fahrurrozi*

Abstract

The objective of the research was to determine the effects of quantum teaching method on the student’s writing ability by considering the learner’s cognitive style. The study was conducted at the PGSD Study Program of FIP Jakarta State University The study employed the experimental method with 2 x 2 factorial design. The sample of the study was one-hundred and four-semester IV students, selected from both study programs by employing the multy-stage random sampling technique.The data were analyzed by using a two way ANOVA. Futher analysis carried ot by employing the Tuckey test shows that the field dependent cognitive style students that were taught by using quantum teaching method gained higher learning results in writing than the learning results of the students who followed the expository teaching method. Furthermore, The writing ability of the students with field independent cognitive style that were taught by the quantum teaching method was insignificantly different from that of the students that followed the expository teaching method.
Both teaching method and coqnitive style affect students’ writing ability and that there is an interaction effect of the teaching methods and the student’s coqnitive style on the students’ writing ability.



PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pengajaran bahasa Indonesia di perguruan tinggi, khususnya Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) lebih menekankan kepada keterampilan berbahasa mahasiswa. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yaitu: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak dan membaca disebut keterampilan reseptif pasif; berbicara dan menulis disebut keterampilan produktif aktif. Menyimak dan berbicara menggunakan media lisan; membaca dan menulis menggunakan media visual. Semua keterampilan berbahasa itu mensyaratkan penguasaan berbagai kaidah baik gramatika, kosa kata, konteks, fonologi, morfologi, maupun sintaksis, meskipun pada keterampilan tertentu tidak semuanya esensial. Sebagai salah satu keterampilan berbahasa, menulis merupakan keterampilan yang sukar dan kompleks. Dikatakan sukar dan kompleks, banyak mahasiswa bahkan sarjana yang tidak mampu menulis dengan baik. Ketidakmampuan menulis dengan baik itu disebabkan mahasiswa tidak dapat menyusun kalimat dengan baik dan benar, kurangnya kemampuan penguasaan kosa kata ataupun ketidakmampuan menentukan kapan mereka harus menulis dan apa yang menjadi ide pokok dalam penulisannya.
Berdasarkan pengamatan peneliti, dalam hasil tugas-tugas menulis mahasiswa program PGSD FIP UNJ selama ini ternyata masih terdapat banyak kalimat yang digunakan tidak sistematis dan padu. Ketidaksistematisan dan ketidakpaduan itu dapat dilihat dengan tidak sinkronnya antara kalimat utama dan kalimat pendukung serta tidak adanya kesesuaian antara paragraf pertama dan paragraf berikutnya. Selain itu, ide yang ingin disampaikan mahasiswa dalam tulisan pada prinsipnya banyak dan aktual, tetapi karena ketidakmampuan mengolah ide dan tema itu menyebabkan hasil tulisannya kurang maksimal. Kekurangberhasilan itu di antaranya disebabkan oleh metode pembelajaran yang diterapkan dosen tidak sesuai dan tepat dengan materi yang diajarkan. Dosen selama ini menggunakan metode ekspositori dalam proses pembelajaran menulis. Metode itu hanya melatih mahasiswa menulis hanya pada proses saja sedangkan pada hasil karangannya tidak terlalu diperhitungkan. Artinya, selama pembelajaran, mahasiswa hanya diberikan materi yang bersifat hafalan, materi yang terbatas, serta latihan yang tidak kontinyu. Lain halnya dengan Metode quantum teaching, metode itu berusaha memberikan berbagai alternatif pemecahan masalah tidak sebatas pada proses saja, lebih dari itu diharapkan pada hasil karangan mahasiswa menjadi wacana yang padu, runtut, dan lengkap.
Selain metode pembelajaran di atas, gaya kognitif diduga berpengaruh terhadap kemampuan menulis mahasiswa. Gaya kognitif merupakan kebiasan bertindak yang relatif tetap dalam diri seseorang, dalam cara berpikir, mengingat, menerima, dan mengolah informasi. Gaya kogntif dapat dipilah menjadi gaya kognitif field dependent dan gaya kognitif field independent. Dengan gaya kognitif field dependent, mahasiswa cenderung lebih mandiri dalam pengembangan keterampilan interpersonal, tetapi kurang mandiri dalam pengembangan keterampilan merestrukturisasi kognitif. Sebaliknya, dengan gaya kognitif field independent, mahasiswa cenderung lebih mandiri dalam pengembangan keterampilan merestrukturisasi kognitif tetapi kurang mandiri dalam pengembangan keterampilan interpersonal. Berdasarkan penjabaran di atas, penelitian ini akan berusaha mencari pengaruh metode pembelajaran dan gaya kognitif terhadap kemampuan menulis mahasiswa Jurusan PGSD FIP UNJ.

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
Pertama, secara keseluruhan apakah terdapat perbedaan kemampuan menulis antara mahasiswa yang belajar dengan metode quantum teaching dan mahasiswa yang belajar dengan metode ekspositori? Kedua, apakah terdapat perbedaan kemampuan menulis antara mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field dependent dan mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field independent ? Ketiga, apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan gaya kognitif terhadap kemampuan menulis? Keempat, untuk mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field dependent, apakah terdapat perbedaan kemampuan menulis antara mahasiswa yang belajar dengan metode quantum teaching dan mahasiswa yang belajar dengan metode ekspositori? Kelima, untuk mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field independent, apakah terdapat perbedaan kemampuan menulis antara mahasiswa yang belajar dengan metode ekspositori dengan mahasiswa yang belajar dengan metode quantum teaching?


Deskripsi Teoretik
Kemampuan Menulis
Pada hakikatnya menulis adalah pengutaraan sesuatu dengan menggunakan bahasa secara tertulis. Dengan mengutarakan sesuatu itu dimaksudkan menyampaikan, memberitakan, menceritakan, melukiskan, menerangkan, menyakinkan, menjelmakan, dan sebagainya kepada pembaca agar mereka memahami apa yang terjadi pada suatu peristiwa atau suatu kegiatan (Karsana, 1986: 5).
Cere (1985: 4) mengatakan menulis merupakan komunikasi. Selanjutnya dikatakannya bahwa di dalam komunikasi terdapat empat unsur, yaitu: (1) menulis merupakan bentuk ekspresi diri; (2) menulis merupakan sesuatu yang umum disampaikan ke pembaca; (3) menulis merupakan aturan dan tingkah laku; dan (4) menulis merupakan sebuah cara belajar. Sebagai bentuk dari ekspresi diri, menulis bertujuan untuk mengkomunikasikan, menyampaikan sebuah ide melewati batas waktu dan ruang. Artinya, menulis dapat dilakukan kapan saja, dan di mana saja sesuai dengan keadaan yang terdapat dalam diri penulis. Menulis dapat dilakukan secara baik apabila di dalam diri penulis terdapat motivasi. Motivasi dapat timbul karena adanya faktor kegembiraan atau kesedihan yang terdapat dalam diri penulis. Oleh karena itu, di dalam tulisan terdapat ekspresi diri dari si penulis. Sebagai sesuatu yang umum, tulisan dapat dilakukan secara positif maupun negatif. Penceritaan dalam tulisan merupakan sesuatu yang patut diketahui oleh pembaca. Pembaca berhak mengetahui hasil tulisan, apabila tulisan tersebut dipublikasikan untuk kepentingan umum. Menulis sebagai aturan atau tingkah laku, artinya, di dalam menulis terdapat rambu-rambu yang harus dipatuhi oleh penulis. Apabila itu berkaitan dengan tulisan ilmiah, maka bahasa yang digunakan merupakan bahasa ilmiah. Begitu pula, tulisan yang ditujukan kepada surat kabar, maka bentuknya adalah tulisan populer. Seorang penulis perlu memahami dan mengetahui aturan-aturan yang terdapat di dalam menulis sehingga tulisannya dapat dipahami dan dimengerti pembaca. Sebagai sebuah cara belajar, menulis dapat dijadikan sebagai alat bagi penulis untuk mengetahui berbagai kejadian, peristiwa, atau ilmu pengetahuan yang terdapat di dunia ini. Dengan menulis berarti, seorang penulis telah mempelajari berbagai hal yang belum diketahuinya.
Menulis dan kemampuan mempunyai kaitan yang erat. Kemampuan merupakan penuangan gagasan yang berupa paparan tentang suatu permasalahan yang dihadapi sedangkan menulis merupakan sebuah cara yang dilakukan untuk menuangkan gagasan dimaksud. Dengan demikian, kemampuan menulis adalah kemampuan menggunakan bahasa secara tertulis untuk menyampaikan informasi tentang suatu peristiwa sehingga timbullah komunikasi. Selanjutnya dikatakan, kemampuan menulis merupakan kemampuan berbahasa yang berhubungan baik dengan segi usege maupun segi use. Kemampuan menulis merupakan kegiatan menyusun serta merangkaikan kalimat sedemikian rupa supaya pesan yang terkandung bisa disampaikan dengan baik (Ahmad HP, 1997: 41).

6Seseorang yang mampu menulis akan terlihat dari tulisan yang dibuatnya. Berkat latihan-latihan menulis yang sering dikerjakan, seseorang dapat dengan mudah menuangkan gagasan-gagasan yang dimilikinya ke dalam tulisan. Seorang penulis perlu mengetahui dengan jelas tujuan ia menulis. Kejelasan tujuan menulis ini akan memandu dan mengarahkan seluruh aktivitas dalam kegiatan penulisan nanti. Sehubungan dengan itu, Weir menyatakan bahwa dalam kemampuan menulis terdapat keterampilan yang harus dimiliki oleh penulis, antara lain: (1) kesesuaian dan kecukupan isi; (2) keterampilan mengorganisasikan karangan; (3) penggunaan kohesi; (4) penggunaan kosa kata; (5) tata bahasa; (6) tanda baca; dan (7) ejaan (Weir, (1990: 69-70).
Jones (Writing tips, h, 1, 1996. http;//www/Missouri, edu/2pautf31/tips htm) memberikan tujuh tips yang harus diperhatikan oleh penulis dalam peningkatan kemampuan menulis, yaitu: Pertama, seorang penulis harus mempunyai aturan dan kejelasan obyek yang akan ditulis. Kedua, penulis terlebih dahulu menyusun suatu kerangka karangan. Ketiga, rumuskan tujuan penulisan. Keempat, saat menulis tetaplah terfokus pada topik. Kelima, gunakan kata dan kalimat yang tepat dan jelas. Ketujuh, hindari bias gender, juga penggunaan kata orang pertama yang berlebihan.
Berdasarkan uraian dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis adalah kesanggupan untuk mengungkapkan ide, pikiran, pengetahuan, ilmu dan pengalaman-pengalamn hidupnya secara tepat dan jelas dalam bahasa tulis yang fungsional, terorganisir, teliti, terstruktur dengan baik dengan indikator (1) isi karangan; (2) organisasi karangan; (3) penggunaan bahasa; (4) kosa kata; dan (5) mekanik.



Metode Quantum Teaching
Quantum teaching adalah penggubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya dan menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar (DePorter, 2003:3). Quantum teaching menunjukkan bagaimana cara untuk menjadi dosen yang lebih baik. Dengan menggunakan quantum teaching seorang dosen dapat memperagakan teknik-teknik mengajar tanpa adanya ketakutan akan tidak berhasilnya proses pembelajaran yang dijalankannya. Penerapan quantum teaching dalam proses pembelajaran dapat mengarahkan mahasiswa untuk belajar dengan serius dan riang. Artinya, seorang mahasiswa dengan mendapatkan metode ini akan termotivasi untuk belajar dengan giat karena merasa dirinya belajar tidak mendapat tekanan dari dosen, riang artinya, mahasiswa belajar dengan suasana yang menyenangkan baik dari materi perkuliahan maupun dari suasana tempat perkuliahan. Quantum teaching menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses belajar melalui unsur seni dan pencapaian-pendapaian yang terarah, apapun mata pelajaran yang diajarkan. Quantum teaching menciptakan lingkungan belajar yang efektif dengan cara menggunakan unsur-unsur yang ada pada mahasiswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi-interaksi yang terjadi di dalam kelas. (Sitompul, http://berita.penabur.org/200205 /artikel /quantum-t.htm h.1
Metode quantum teaching mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar. Untuk memudahkan pemahaman terhadap filosofi quantum teaching, berikut ini terdapat beberapa kata kunci, yaitu : (1) quantum, berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum teaching, dengan demikian adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar; (2) pemercepatan belajar, berarti menyingkirkan hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah dengan secara sengaja menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan pengajaran yang sesuai, cara efektif penyajian dan “keterlibatan aktif”, dan (3) fasilitasi, berarti memudahkan segala hal dengan menyingkirkan hambatan belajar, mengembalikan proses belajar ke keadaannya yang “mudah” dan alami. (DePorter, 2002:5-6).
Amstrong (Quantum Learning for Teacher”, h. 1, 2005 http/www. vtep.edu/ cetal / quantum/ develop .html) memberi delapan kunci keberhasilan dalam quantum teaching, yaitu: (1) Integritas : aturlah diri anda dengan kualitas autentik, kejujuran dan kebaikan, tingkah laku; (2) kegagalan membawa keberhasilan : mengertilah bahwa kegagalan hanyalah memberi anda informasi yang anda perlukan untuk mencapai kesuksesan; (3) berbicaralah dengan yang baik : berbicaralah dengan cara yang positif, bertanggungjawablah bagi kejujuran dan komunikasi langsung dan hindari gosip dan komunikasi yang membahayakan; (4) ini dia : fokuskan perhatian anda pada moment saat itu, dan berbuat banyaklah dengan itu, dan berikan masiong-masing tugas dengan usaha terbaik; (5) komitmen : ikutilah janji-janji anda dan obligasi-obligasi, hidupkan pandangan anda; (6) bertanggung jawab : anda bertanggung jawab terhadap respon dan kegiatan yang dilakukan (7) Fleksibel : terbukalah untuk berubah atau untuk suatu metode yang baru bila metode tersebut membantu anda mendapatkan hasil yang anda inginkan; dan (8) seimbang : jagalah pikiran anda, tubuh (jasmani) dan spirit (rohani) dalam keadaan seimbang. Untuk mengajarkan quantum teaching, terdapat enam kerangka pembelajaran yang harus diperhatikan oleh dosen, yaitu : (1) mengerahkan; (2) pengalaman; (3) label; (4) pertunjukkan; (5) tinjauan ulang; dan (6) merayakan (Deporter, Accelerated Learning”, h. 6, 2005, http://www. Learningforum.com/)
Metode Ekspositori
Metode ekspositori dalam penelitian ini mengarah pada pengertian metode konvensional dalam arti sebagai metode yang biasa digunakan oleh dosen dalam proses pembelajarannya di kelas. Metode ini bertolak dari pandangan bahwa keadaan atau kondisi kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh dosen. Metode ekspositori sebagai pengajaran yang menjelaskan suatu materi perkuliahan secara langsung kepada mahasiswa. Dalam pembelajaran dengan metode ekspositori, dosen memegang peran kontrol terhadap jalannya proses pemebelajaran dengan melakukan aktivitas-aktivitas yang bersifat aktif, sementara mahasiswa relatif pasif menerima dan mengikuti apa yang disajikan oleh dosen. Pembelajaran dengan metode ekspositori merupakan proses pembelajaran yang lebih berpusat pada dosen (teacher centered), dosen berfungsi sebagai pemberi informasi yang utama. (Jacobsen, 1989: 166). Dalam pembelajaran dengan metode ekspositori digambarkan mahasiswa kurang mendapat peranan dan kurang aktif. Dosen dalam pembelajaran ini lebih dominan dalam menyajikan materi perkuliahan dengan cara memberi penjelasan pada mahasiswa tentang data, fakta, informasi yang akan diajarkannya.
Metode ekspositori ini mahasiswa diharapkan dapat menangkap dan mengingat informasi yang telah diberikan oleh dosen serta dapat mengungkapkannya kembali apa yang telah dimilikinya melalui respons yang diberikannya pada saat diberi pertanyaan oleh dosen. Metode ini cenderung membuat mahasiswa pasif dalam belajar karena komunikasi satu arah. Mahasiswa hanya mendengarkan, mencatat, dan sekali-kali bertanya mengenai hal-hal apa yang disampaikan dosen. Oleh karena itu, dalam metode ekspositori ini, dosen harus pandai memilih dan menentukan intonasi suara sehingga dengan suara yang cukup jelas dan dapat dimengerti akan membangkitkan serta menarik minat dan perhatian mahasiswa dalam belajar (Roestiyah,1982: 68).
Peranan guru dalam pengajaran dengan metode ekspositori adalah: (1) menyiapkan bahan selengkapnya secara sistematis dan rapi (preparasi); (2) bertanya atau memberikan uraian singkat untuk mengarahkan perhatian mahasiswa kepada materi yang diajarkan (apersepsi); (3) Menyajikan bahan dengan cara memberi ceramah atau menyuruh mahasiswa membaca bahan yang telah dipersiapkan dari buku teks tertentu atau ditulis oleh dosen; dan (4) dosen bertanya dan siswa menjawab sesuai dengan bahan yang dipelajari atau mahasiswa menyatakan kembali dengan kata-kata sendiri pokok-pokok yang telah dipelajari secara lisan atau tertulis (resitasi) (Sudjana, 1989: 73)

Gaya Kognitif Field Independent dan Field Dependent
Denny (A General Theory of Cross-Cultural Variton in Cognitive Style,”h, 1., 1996, http:..www.ssc.vwo, ca/psychology/cognitive/ Denny/1996-Theory.html,) menyatakan bahwa gaya kognitif merupakan bagian sejarah budaya tiap kelompok, yang dapat diobservasi melalui aktivitas sehari-hari atau melalui tes psikologi. Gaya kognitif merupakan karakteristik individu dalam berpikir, merasakan, mengingat, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. Individu yang memiliki gaya kognitif field dependent cenderung dalam pengembangan keterampilan interpersonal tetapi kurang mandiri dalam pengembangan keterampilan merestrukturisasi kognitif. Sebaliknya, Individu yang memiliki gaya kognitif field independent cenderung lebih mandiri dalam pengembangan keterampilan merestrukturisasi kognitif tetapi kurang mandiri dalam pengembangan keterampilan interpersonal (Liu, h. 3, 1999. “Cognitive Style and Distance Education”, http://www.weitga.edu/-distance/liu23.html,) Individu yang field dependent cenderung menerima informasi sebagaimana apa adanya dan kurang mampu dalam mengembangkan struktur, sedangkan Individu yang memiliki gaya kognitif field independent cenderung melakukan analisis dan menstruktur informasi yang dipelajari (Entwistle,1987:207).
Witkin dalam Liu (h. 3, 1999. “Cognitive Style and Distance Education”,http://www.weitga.edu/-distance/liu23.html,) mengatakan individu field dependent lebih attentive (penuh perhatian), impressive (mengesankan), dan menggunakan kerangka acuan sosial, sedangkan orang-orang field independent melihat lebih kepada wajah-wajah lain (the face of others), terutama sumber informasi tentang perasaan dan pikiran orang lain.
Seidman (1996:319) menyatakan bahwa mahasiswa yang cenderung field dependent menjadi lebih aktif atau partisipatif ketika belajar. Dalam belajar, ia dapat menggunakan berbagai alat bantu untuk menunjang keberhasilan belajarnya. Di samping itu, mahasiswa yang cenderung field dependent ini akan menggunakan kesempatan yang diberikan kepadanya untuk memberikan jawaban atau pertanyaan yang diajukan seorang dosen tanpa adanya ketakutan-ketakutan. Lain halnya dengan mahasiswa yang cenderung field independent selalu pasif dalam belajar. Materi/bahan perkuliahan yang didapat lebih banyak berasal dari dosen, mahasiswa hanya menerima saja tanpa merespons apa yang diberikan dosen.
Hamied (1987:93) mengungkapkan bahwa ciri kepribadian tertentu muncul bervariasi bersama dengan gaya kognitif ini, yaitu: mahasiswa yang field dependent cenderung menunjukkan ‘orientasi sosial’ yang kuat; mahasiswa ini biasanya empatik dan lebih perseptif tentang perasaan orang lain. Sebaliknya orang yang field independent cenderung menunjukkan ‘orientasi yang tidak manusiawi’ mereka cenderung individualistic dan kurang sadar akan hal-hal yang menyentuh orang lain.


Hipotesis
Berdasarkan kajian teori di atas, maka dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut.
Kemampuan menulis mahasiswa yang belajar dengan metode quantum teaching lebih tinggi daripada kemampuan menulis mahasiswa yang belajar dengan metode ekspositori.
Kemampuan menulis mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field dependent lebih tinggi daripada kemampuan menulis mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field independent.
Terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan gaya kognitif terhadap kemampuan menulis.
Kemampuan menulis mahasiswa yang belajar dengan metode quantum teaching lebih tinggi dari pada mahasiswa yang belajar dengan metode ekspositori bagi mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field dependent.
Kemampuan menulis mahasiswa yang belajar dengan metode ekspositori lebih tinggi dari pada mahasiswa yang belajar dengan metode quantum teaching bagi mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field independent.


Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan rancangan faktorial 2 X 2. Metode eksperimen ini digunakan untuk meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat dengan cara memberikan perlakuan terhadap kelompok eksperimen yang hasilnya dibandingkan dengan hasil kelompok kontrol. Dalam penelitan ini diberikan perlakuan kemampuan menulis dengan metode quantum teaching dan metode ekspositori.
Dalam penelitian ini, populasi tak terjangkau adalah seluruh mahasiswa Jurusan PGSD FIP UNJ. Sedangkan populasi terjangkau/sasaran adalah mahasiswa semester II tahun akademik 2006-2007 di Jurusan PGSD FIP UNJ.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik multi stage cluster random sampling dengan tahapan sebagai berikut: pertama, secara purposive sampling, dengan menetapkan mahasiswa semester (6 kelas). Kedua, memilih dua kelas perlakuan dengan acak (random). Dengan teknik tersebut terpilih kelas IIB dan IID sebagai kelompok eksperimen yang diajarkan dengan metode quantum teaching 80 orang. Sedangkan kelas II E dan II F terpilih sebagai kelompok kontrol yang diajarkan dengan metode ekpositori 80 orang. Ketiga, masing-masing kelompok dipilah lagi menjadi dua kelompok untuk menentukan kelompok yang memiliki gaya kognitif field dependent dan field independent, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Skor yang diperoleh melalui tes, selanjutnya diperingkat untuk menentukan 33% kelompok atas yang cenderung field dependent dan 33% kelompok bawah yang cenderung field independent. Mahasiswa yang berada pada masing-masing kelompok baik eksperimen maupun kontrol, tidak semuanya digunakan sebagai anggota sampel tetapi hanya diambil sebanyak 33% kelompok atas dan 33% kelompok bawah. Mahasiswa lainnya yang tidak menjadi anggota sampel penelitian mereka tetap berada dalam kelompok (intact group) baik dalam kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol untuk mengikuti pembelajaran seperti biasa. Keempat, menentukan masing-masing anggota sampel setiap sel. Setelah dilakukan peringkatan, terpilih 52 mahasiswa sebagai kelompok eksperimen dan 52 mahasiswa sebagai kelompok kontrol. Dari 52 orang mahasiswa yang cenderung field dependent, 26 mahasiswa menempati kelompok metode quantum teaching dan 26 mahasiswa yang menempati kelompok metode ekspositori. Hal ini juga berlaku untuk 52 mahasiswa yang cenderung field independent, 26 mahasiswa menempati kelompok yang metode quantum teaching dan 26 mahasiswa yang menempati kelompok metode ekspositori.

HASIL PENELITIAN
Pada bagian bab ini akan dideskripsikan hasil penelitian yang berupa, deskripsi data penelitian, pengujian persyaratan analisis, pengujian hipotesis, pembahasan hasil penelitian, dan keterbatasan penelitian. Berikut ini akan disajikan berdasarkan urutan seperti di atas.

1. Deskripsi Data
Berikut ini dideskripsikan data hasil kemampuan menulis mahasiswa jurusan PGSD FIP UNJ berdasarkan skor tertinggi, skor terendah,,harga rata-rata (M), simpangan baku (SD) modus (Mo) dan median (Me).
Tabel 1 : Deskripsi Data untuk pengujian Hipotesis Penelitian
Gaya Kogntif
Metode Pembelajaran
Jumlah Baris
Quantum Teaching
(A1)
Ekspositori
(A2)
Field Dependent
(B1)
Field independent
(B2)
Jumlah Kolom

2. Pengujian Persyaratan Analisis
Sebelum diadakan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis yang meliputi (1) pengujian normalitas dengan menggunakan uji Lilliefors dan (2) pengujian homogenitas dengan menggunakan uji Bartlett. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2 : Rangkuman Hasil Uji Normalitas
No.
Kelompok Mahasiswa
N
Lhit
Ltab
Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6
A1
A2
A1B1
A2B1
A1B2
A2B2
52
52
26
26
26
26
0,110
0,075
0,089
0,106
0,088
0140
0,123
0,123
0,173
0,173
0,173
0,173
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Dari tabel di atas terlihat bahwa harga liliefors pada semua kelompok rancangan penelitian ternyata lebih kecil dari harga tabel nilai kritis pada taraf sifnifikansi a = 0,05 (Lo < Lt). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data sampel penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Pengujian homogenitas varians dilakukan dengan uji Bartlett dengan taraf signifikansi a = 0,05. Hasil analisis uji Bartlett disajikan pada table berikut:

Tabel 3 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas
Sgab
B
c20
c2t
kesimpulan
42,91
163,25
0,88
7,81
Homogen

Dari perhitungan uji homogenitas diperoleh 0,88 sedangkan c2t pada taraf signifikansi a = 0,05 adalah 7,81. Angka ini menunjukkan bahwa harga c20 = 0,88 lebih kecil dari harga c2t = 7,81. Hal ini berarti bahwa hipotesis nol diterima. Kesimpulannya adalah populasi berdistribusi homogen.

3. Pengujian Hipotesis Penelitian
Hasil analisis data dengan ANAVA disajikan pada tabel berikut

Tabel 4 : Rangkuman Hasil Perhitungan ANAVA 2 Jalur
Sumber Varians
db
JK
RK = JK/db
Fhitung = RK/RKD
Ftabel
0,05
0,01
Antar Baris
Antar Kolom
Interaksi (I)
1
1
1
948,04
264,96
234,00
948,04
264,96
234,00
22,09**
6,18*
5,45*
3,91
6,90
Dalam Kelompok
100
4291,00
42,91
-
-
Total Dikoreksi
103
4237,65
-
-
-
Keterangan: * = signifikan; ** = sangat signifikan

Berdasarkan hasil perhitungan disajikan pada tabel ANAVA dua jalan di atas, maka berikut ini akan diuraikan masing-masing hipotesis.
Pertama; pada tabel ANAVA diperoleh harga Fhitung 6,18 lebih besar dari Ftabel = 3,91 pada taraf nyata a = 0,05 (Fhit = 6,18 > Ftab = 3,91 (a = 0,05). Artinya hipotesis nol (H0) ditolak Hipotesis kerja (H1) diterima. Ini membuktikan bahwa kemampuan menulis mahasiswa yang belajar dengan metode quantum teaching lebih baik/tinggi dari kelompok mahasiswa yang belajar dengan metode ekspositori.
Kedua, pada tabel ANAVA diperoleh Fhitung 22,09 lebih besar dari Ftabel = 6.90 pada taraf nyata a = 0,01 (Fhit = 22,09 > Ftab = 6,90 (a = 0,01). Artinya hipotesis nol (H0) ditolak Hipotesis kerja (H1) diterima. Ini membuktikan bahwa kemampuan menulis mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field dependent lebih baik/tinggi dari kelompok mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field independent.
Ketiga; pada tabel ANAVA diperoleh Fhitung 5,45 lebih besar dari Ftabel = 3,91 pada taraf nyata a = 0,05 (Fhit = 5,45 > Ftab = 3,91 (a = 0,05). Artinya hipotesis nol (H0) ditolak Hipotesis kerja (H1) diterima. Ini membuktikan terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan gaya kognitif terhadap kemampuan menulis mahasiswa. Oleh karena terbukti terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan gaya kognitif yang memberi pengaruh terhadap kemampuan menulis. Untuk itu, analisis dilanjutkan dengan Uji Tuckey.
Keempat, pengujian lanjutan terhadap kemampuan menulis kelompok mahasiswa yang belajar dengan metode pembelajaran quantum teaching dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang belajar dengan metode pembelajaran ekspositori untuk kelompok mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field dependent (A1B1 banding A2B1), diperoleh harga Qhitung = 7,04 lebih besar dibandingkan dengan nilai Qtabel = 3,96 pada taraf nyata a = 0,01. Artinya bahwa menolak Hipotesis nol (H0) dan menerima Hipotesis kerja (H1). Dengan demikian kemampuan menulis kelompok mahasiswa yang belajar dengan metode quantum teaching lebih baik dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang belajar dengan metode ekspositori pada kelompok mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field dependent.
Kelima, pengujian lanjutan terhadap kemampuan menulis mahasiswa yang belajar dengan metode quantum teaching lebih rendah dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang belajar dengan metode ekspositori untuk kelompok mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field independent (A1B2 banding A2B2), diperoleh harga Qhitung = 0,15 lebih kecil dibandingkan dengan nilai Qtabel = 2,92 pada taraf nyata a = 0,05. Artinya bahwa menerima Hipotesis nol (H0) dan menolak Hipotesis kerja (H1). Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis kelompok mahasiswa yang belajar dengan metode quantum teaching dengan kelompok mahasiswa yang belajar dengan metode ekspositori pada kelompok mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field independent.

Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan deskripsi data di atas, maka perlu diadakan pengkajian terhadap hasil temuan penelitian mengapa metode quantum teaching lebih baik daripada metode ekspositori terhadap hasil kemampuan menulis mahasiswa. Di samping itu juga ingin diketahui mengapa mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field dependent lebih baik daripada kelompok yang memiliki gaya kognitif field independent dalam hal kemampuan menulis. Berikut ini akan dideskripsikan pembahasan berdasarkan hipotesis penelitian yang telah dilakukan.


1. Hipotesis Pertama
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan kemampuan menulis antara kelompok yang belajar dengan metode quantum teaching dan kelompok yang belajar dengan metode ekspositori. Hal ini diindikasikan oleh nilai Fhitung = 6, 18 yang lebih besar dari Ftabel = 3,91 pada taraf signifikansi a = 0,05. Dengan demikian, kemampuan menulis mahasiswa yang belajar dengan metode quantum teaching lebih baik dari metode ekspositori.
Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang perlu dikuasai oleh mahasiswa. Penguasaan kemampuan menulis bukanlah suatu hal yang sederhana melainkan menuntut sejumlah pengetahuan. Tulisan akan terwujud apabila dilakukan dengan latihan secara kontinyu serta diiringi dengan bagaimana mahasiswa dapat memproses informasi sehingga dapat dituangkan dalam sebuah tulisan. Untuk menghasilkan sebuah tulisan yang baik tentunya tidak hanya berupa kosakata yang lengkap, struktur bahasa yang baik, maupun kelengkapan mekanik lainnya. Lebih dari itu, menulis menuntut adanya alur pikiran yang jelas sehingga mencerminkan cara berpikir yang logis.
Untuk menghasilkan sebuah tulisan yang bermutu, salah satu cara/metode yang dapat dilakukan adalah dalam proses pembelajaran di kelas. Di dalam proses pembelajaran, dosen dapat menggunakan berbagai macam metode yang relevan. Quantum teaching merupakan sebuah metode yang menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses belajar melalui unsur seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah, apapun mata kuliah yang diajarkan. Lain halnya dengan metode ekspositori, metode ini menekankan pembelajaran kepada bahasa lisan kemudian mengajarkan bahasa tulis. Kedua metode ini merupakan dua metode yang secara pelaksanaannya di kelas memiliki perbedaan yang signifikan. Quantum teaching mengarahkan kepada mahasiswa untuk belajar sesuai dengan keinginannya, sedangkan dosen memberikan fasilitas kepada mahasiswa apa saja yang diperlukan untuk mencapai hasil kemampuan menulis yang baik. Dengan metode ekspositori, mahasiswa diarahkan dosen untuk mempelajari materi yang telah disiapkan olehnya melalui interaksi satu arah.
Berdasarkan hasil data penelitian ternyata metode quantum teaching merupakan metode yang relevan diajarkan dalam mata kuliah menulis dibandingkan dengan metode ekspositori. Hal ini tercermin dari skor rata-rata hasil kemampuan menulis kelompok yang diajarkan metode quantum teaching yang memperoleh 66,94, sedangkan hasil kemampuan menulis kelompok yang belajar dengan metode ekspositori 63,90. Berdasarkan hasil data tersebut, ternyata mahasiswa yang belajar dengan metode quantum teaching lebih tinggi dibandingkan dengan metode ekspositori dalam hal kemampuan menulis.

2. Hipotesis Kedua
Dalam hipotesis kedua ini ditemukan terdapat perbedaan kemampuan menulis eksposisi mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field dependent dan yang memiliki gaya kognitif field independent. Hal ini terbukti dengan nilai Fhitung = 22,09 yang lebih besar dari Ftabel = 6,90 pada taraf nyata a = 0,01. Dengan demikian, kemampuan menulis mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field dependent lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field independent.
Gaya kognitif merupakan variasi cara mahasiswa yang menunjukkan kebiasaan berprilaku yang relatif menetap dalam dirinya dalam menerima, mengingat, berpikir, menyimpan, membentuk, dan memanfaatkan informasi. Dengan gaya kognitif field dependent, mahasiswa cenderung lebih mandiri dalam pengembangan keterampilan interpersonal, tetapi kurang mandiri dalam pengembangan keterampilan merestrukturisasi kognitif. Sebaliknya, dengan gaya kognitif field independent, mahasiswa cenderung lebih mandiri dalam pengembangan keterampilan merestrukturisasi kognitif tetapi kurang mandiri dalam pengembangan keterampilan interpersonal.
Apabila dihubungkan dengan kemampuan menulis, mahasiswa field dependent akan dapat mendeskripsikan kata-kata ide-ide atau gagasan-gagasannya secara panjang lebar. Hal ini sesuai dengan karakteristik mahasiswa field dependent yang memiliki kecenderungan untuk berpikir global. Di samping itu, dalam pembelajaran menulis, mahasiswa field dependent akan termotivasi belajarnya apabila adanya penghargaan, pujian atau hadiah dari dosen. Lain halnya, mahasiswa yang yang cenderung field independent dalam pengungkapan gagasan dan ide-idenya langsung masuk kepada topik apa yang ditulisnya. Di dalam menulis, faktor utama yang harus diperhatikan penulis adalah tulisannya dapat dipahami oleh pembaca. Untuk memahami bacaan tersebut perlu adanya penjelasan secara mendetail terhadap topik yang ditulis oleh pembaca. Mahasiswa yang dapat menulis dengan mendeskripsikan gagasannya secara tepat dan dipahami pembaca maka dapat dikatakan cenderung field dependent. Sebaliknya, mahasiswa dalam menulis hanya menguraikan topik-topik inti atau kalimat yang dikemukakan kurang dipahami pembaca maka dapat dikatakan field independent. Berdasarkan uraian di atas, ternyata kelompok mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field dependent dalam hal kemampuan menulis lebih tinggi dibandingkan dengan yang memiliki gaya kognitif field independent. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata kelompok field dependent sebesar 68,52 lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok field independent yang memiliki nilai rata-rata sebesar 62,48.

3. Hipotesis Ketiga
Hasil analisis terhadap hipotesis ketiga yang menyatakan adanya interaksi antara metode pembelajaran (quantum teaching dan ekspositori) dan gaya kognitif (field dependent dan field independent) terhadap kemampuan menulis. Dinyatakan dengan nilai Fhitung ­= 5,45 yang lebih besar dari nilai Ftabel = 3,91 pada taraf nyata a = 0,05. Hasil ini menyiratkan adanya interaksi antara metode pembelajaran dan gaya kognitif terhadap kemampuan menulis.
Kemampuan menulis tidak datang dengan sendirinya, perlu diberikan pemahaman kepada mahasiswa bahwa untuk mencapai sebuah tulisan yang dapat dikategorikan baik tentu memerlukan adanya upaya kerja keras dari mahasiswa itu sendiri. Untuk memenuhi kategori tulisan yang baik tersebut perlu diketahui oleh mahasiswa empat ciri yang utama, yaitu: (1) mudah; (2) sederhana; (3) langsung; dan (4) tepat. Dikatakan, mudah berarti tulisan itu dapat dimengerti pembaca; sederhana artinya kalimat-kalimat atau kata-kata yang digunakan tidak mengandung kosa kata atau kalimat yang berlebihan; langsung artinya tulisan tidak berbelit-belit dan langsung masuk ke topik inti tulisan; dan tepat artinya mampu menggambarkan pikiran penulis secara lugas dan tepat.
Namun untuk memahami seperti pengertian di atas tidaklah mudah perlu adanya kerjasama antara mahasiswa dan dosen dalam menciptakan kemampuan menulis yang baik. Kerjasama ini terlihat dari penerapan metode yang cocok terhadap mata kuliah/pokok materi. Dengan metode quantum teaching, mahasiswa selama proses belajar diarahkan untuk serileks mungkin tanpa adanya ganjalan dalam hatinya sehingga mempengaruhi hasil belajarnya. Oleh karena itulah, dosen dalam penerapan metode ini hanya berfungsi sebagai penonton saja, artinya dosen dapat berlaku sebagai pengamat, kritikus, moderator, ataupun sebagai penggembira saja. Lain halnya dengan penerapan metode ekspositori, dosen lebih dominan dalam mengarahkan dan membimbing mahasiswa terhadap materi yang dipelajari. Kegiatan utama dosen ialah mengajar secara lisan dan sesekali mengadakan demonstrasi. Dosen bersifat kaku dan sedikit sekali memberikan kesempatan pada mahasiswanya untuk bertukar pendapat ataupun berdialog dengannya. Mahasiswa memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap dosen karena harapannya materi semuanya berasal dari dosen. Pada metode ini tidak mengutamakan unsur kreatif pada diri mahasiswa, biasanya bersifat rutin dan formal.
Tidak saja metode pembelajaran yang berperan dalam menciptakan kemampuan menulis mahasiswa, gaya kognitif dapat juga diprediksi dalam meningkatkan kemampuan menulis. Mahasiswa yang cenderung field dependent dalam menulis akan dapat mendeskripsikan gagasannya. Apalagi selama proses pembelajaran di kelas, mahasiswa lebih banyak dihadapkan pada contoh-contoh wacana yang berupa artikel, tulisan ataupun yang lainnya yang disusun atau dicari kesalahannya. Dengan materi dan contoh bagaimana menulis yang baik yang didapatnya dari dosen maka, mahasiswa dapat menuangkannya kembali ke dalam sebuah tulisan. Hal ini senada dengan karakteristik mahasiswa field dependent yang cenderung mudah atau mampu memecahkan suatu permasalahan apabila telah melihat contoh-contoh yang ada. Mahasiswa field independent dalam menulis cenderung untuk menganalisis dan mendeskripsikan sesuai dengan keinginannya sendiri atau secara mandiri sehingga hasil tulisannya tidak mencerminkan keinginan dosen. Di samping itu, karena kurangnya latihan dalam menulis berimplikasi kepada kemampuan menulisnya yang cenderung kurang baik dalam struktur isi maupun bahasanya.
Berdasarkan uraian di atas, terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan gaya kognitif terhadap kemampuan menulis mahasiswa.

4. Hipotesis Keempat
Hasil analisis terhadap hipotesis keempat yang menyatakan adanya perbedaan kemampuan menulis kelompok mahasiswa yang belajar dengan metode quantum teaching dengan kelompok mahasiswa yang belajar dengan metode ekspositori bagi mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field dependent. Dinyatakan dengan nilai Qhitung ­= 7,05 yang lebih besar dari nilai Qtabel = 3,96 pada taraf nyata a = 0,01. Hasil ini menyiratkan bahwa kemampuan menulis mahasiswa yang belajar dengan metode quantum teaching lebih baik/tinggi dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang belajar dengan metode ekspositori bagi mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field dependent.
Quantum teaching merupakan metode yang menekankan adanya interaksi antara mahasiswa dan mahasiswa serta mahasiswa dengan dosen. Dalam proses pembelajaran, dosen dapat mengarahkan mahasiswa untuk belajar dengan serius dan riang. Artinya, seorang mahasiswa dengan mendapatkan metode ini akan termotivasi untuk belajar dengan giat karena merasa dirinya belajar tidak mendapat tekanan dari dosen, riang artinya, mahasiswa belajar dengan suasana yang menyenangkan baik dari materi perkuliahan maupun dari suasana tempat perkuliahan. Di samping itu, selama perkuliahan mahasiswa diarahkan untuk belajar secara berkelompok dengan mahasiswa lainnya membahas materi yang diberikan dosen. Dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk membaca buku-buku yang relevan dengan sub pokok bahasan, mahasiswa dipersilahkan untuk mencari dan menggunakan buku-buku yang mereka anggap diperlukan dan relavan dengan pokok bahasan dalam menulis. Tidak itu saja, dosen dapat memberikan kepada mahasiswa artikel-artikel dari surat kabar atau majalah untuk dipelajari pada setiap pokok bahasan. Agar mahasiswa mampu menulis, dosen memberikan tugas kepada mahasiswa untuk melakukan latihan-latihan secara kontinyu. Kontinyu di sini, pada setiap akhir pertemuan, mahasiswa diberikan latihan yang terdiri dari tiga sampai dengan lima paragraf. Oleh karena itu, di dalam metode quantum teaching ini, kegiatan menulis lebih banyak terpusat ke mahasiswa. Mahasiswa dituntut untuk mandiri dalam mengerjakan tugasnya.
Ditinjau dari karakteristik mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field dependent, maka hal ini sesuai pula dengan karaktersitiknya. Mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field dependent suka belajar berkelompok/berdiskusi. Mahasiswa field dependent lebih meningkat kemampuan menulisnya apabila adanya penguatan eksternal yaitu melalui motivasi eksternal. Dalam motivasi eksternal, dosen memberikan pujian terhadap suatu keberhasilan yang dilakukan mahasiswa. Karakteristik lain, mahasiswa field dependent akan dapat memahami serta menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan apabila selama proses pembelajaran mahasiswa dihadapkan kepada contoh-conoh serta latihan-latihan.
Dengan memperhatikan skor rata-rata kemampuan menulis mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field dependent lebih tinggi apabila belajar dengan metode quantum teaching dibandingkan dengan skor rata-rata kemampuan menulis ketika belajar dengan metode ekspositori, maka hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang belajar berkelompok atau berdiskusi sangat sesuai dengan karakteristik mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field dependent.


5. Hipotesis Kelima
Hasil analisis terhadap hipotesis kelima yang menyatakan adanya perbedaan kemampuan menulis kelompok mahasiswa yang belajar dengan metode ekspositori dan dengan kelompok mahasiswa yang belajar dengan metode quantum teaching bagi mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field independent. Dinyatakan dengan nilai Qhitung ­= 0,15 yang lebih kecil dari nilai Qtabel = 2,92 pada taraf nyata a = 0,05. Hasil ini menyiratkan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan menulis mahasiswa yang belajar dengan metode ekspositori dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang belajar dengan metode quantum teaching bagi mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field independent.
Mahasiswa field independent mempunyai karakteristik lebih mandiri dalam pengembangan keterampilan merestrukturisasi kognitif tetapi kurang mandiri dalam pengembangan keterampilan interpersonal. Mahasiswa ini menyukai proses belajar mengajar yang lebih mengedepankan aspek individual. Selama proses pembelajaran, mahasiswa field independent tidak tergantung dengan dosen dalam penyampaian materi.
Apabila dihubungkan dengan metode ekspositori, mahasiswa field independent relatif pasif menerima dan mengikuti apa yang disajikan oleh dosen. Pembelajaran dengan metode ekspositori merupakan proses pembelajaran yang lebih berpusat pada dosen (teacher centered), dosen berfungsi sebagai pemberi informasi yang utama. Dalam perkuliahan, dosen lebih dominan memberikan penjelasan mengenai materi perkuliahan. Dalam pembelajaran dengan menggunakan metode ekspositori yang dipentingkan adalah pencapaian target perkuliahan. Artinya, diharapkan selama proses perkuliahan semua materi yang tercakup dalam silabus dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang disediakan. Dengan menyelesaikan target perkuliahan, mahasiswa diharapkan mampu untuk memahami dan menguasai hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan menulis sehingga pada akhirnya mahasiswa mampu menulis dengan baik dan benar. Namun demikian, kemampuan menulis tidak datang begitu saja, perlu dilakukan latihan secara terus menerus untuk menghasilkan sebuah tulisan yang baik, lengkap dan runtut. Dengan latihan secara berkesinambungan, kemampuan menulis akan terasah dengan sendirinya sehingga pada saat menulis, apa yang terdapat dalam pikiran akan dapat tercurah dengan mudah.
Apabila dihubungkan dengan metode quantum teaching, mahasiswa field independent mengikuti perkuliahan sesuai dengan petunjuk yang diarahkan dosen. Selama perkuliahan, mahasiswa field independent tetap mengikuti interaksi yang terjadi dengan dosen atau dengan mahasiswa lainnya. Akan tetapi, mahasiswa field independent dalam belajar dan dalam menyelesaikan tugas menulis lebih terfokus kepada keinginannya sendiri dan kurang peka terhadap adanya diskusi dengan teman-temannya
Dengan memperhatikan skor rata-rata kemampuan menulis mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field independent tidak berbeda apabila belajar dengan metode ekspositori dibandingkan dengan skor rata-rata kemampuan menulis ketika belajar dengan metode quantum teaching, maka hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara mahasiswa yang belajar dengan metode ekspositori dengan mahasiswa yang belajar dengan metode quantum teaching bagi mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field dependent.

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian di atas, berikut ini akan dikemukakan kesimpulan, implikasi, dan saran.

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan pada Bab IV, diperoleh temuan sebagai berikut:
1. Secara keseluruhan metode quantum teaching lebih baik dibandingkan dengan metode ekspositori dalam meningkatkan kemampuan menulis mahasiswa. Artinya, apabila ingin meningkatkan kemampuan menulis mahasiswa maka dosen dapat menggunakan metode quantum teaching.
2. Secara keseluruhan mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field dependent lebih baik kemampuan menulisnya dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field independent. Artinya, dosen sebagai pelaksana pembelajaran di kelas harus dapat secara terus menerus mempertahankan kemampuan menulis mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field dependent. Sebaliknya, dosen harus memperhatikan secara serius mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field independent sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menulis mahasiswa.
3. Secara keseluruhan terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan gaya kognitif terhadap kemampuan menulis. Artinya dosen dapat menentukan materi dan metode apa yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis apabila telah diketahui gaya kognitif mahasiswa.
4. Secara keseluruhan untuk meningkatkan kemampuan menulis mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field dependent adalah melalui penerapan metode quantum teaching dibandingkan dengan metode ekspositori.
5. Secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan untuk meningkatkan kemampuan menulis mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field independent apabila melalui metode quantum teaching dan metode ekspositori.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka perlu adanya implikasi terhadap hasil dari penelitian ini. Implikasi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan positif terhadap peningkatan kemampuan menulis mahasiswa, penerapan berbagai metode pembelajaran dan juga gaya kognitif mahasiswa. Implikasi-implikasi tersebut dijabarkan berikut ini.

1. Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Melalui Metode Pembelajaran
Dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis faktor metode pembelajaran merupakan salah satu pendukung dalam keberhasilan menulis.
Mahasiswa akan meningkat kemampuan menulisnya apabila didukung oleh metode pembelajaran yang tepat. Penggunaan metode pembelajaran merupakan suatu keharusan bagi dosen. Mengingat dengan menggunakan metode yang sesuai dengan materi perkuliahan serta keinginan siswa tentu akan meningkatkan kemampuan menulis mahasiswa. Sebaliknya, dengan menggunakan metode yang kurang sesuai dengan materi dan keinginan siswa tentu akan berimplikasi kepada kemampuan menulis mahasiswa.
Sehubungan dengan itu, kemampuan menulis tidak datang begitu saja, perlu adanya latihan yang terus menerus untuk menjadikan seorang mahasiswa dapat mampu menulis. Untuk melatih dan mengasah ketajaman menulis mahasiswa itu diperlukan sebuah metode pembelajaran yang efektif dan tepat guna. Dikatakan efektif dan tepat guna, artinya, metode pembelajaran yang digunakan merupakan sebuah metode yang di dalamnya menggunakan berbagai macam teknik pembelajaran, materi pembelajaran yang beragam, dan media pembelajaran yang dapat memotivasi belajar mahasiswa.
Quantum teaching merupakan metode yang didalamnya lebih menekankan hubungan interaksi antara dosen dengan mahasiswa, serta mahasiswa dengan mahasiswa. Di dalam metode quantum teaching, hubungan dapat terjalin dengan baik apabila dosen bertindak sebagai konduktor. Artinya, selama proses belajar mengajar, dosen bertindak sebagai seseorang yang mengarahkan mahasiswa untuk menulis dengan baik dengan memperhatikan teknik-teknik menulis yang diajarkannya. Di samping itu, quantum teaching merupakan metode yang menggubah belajar menjadi meriah. Proses pembelajaran merupakan sesuatu yang menyenangkan penuh dengan senda gurau dan tidak monoton.
Dalam pembelajaran dengan metode ekspositori, dosen memegang peran kontrol terhadap jalannya proses pembelajaran dengan melakukan aktivitas-aktivitas yang bersifat aktif, sementara mahasiswa relatif pasif menerima dan mengikuti apa yang disajikan oleh dosen. Pembelajaran dengan metode ekspositori merupakan proses pembelajaran yang lebih berpusat pada dosen (teacher centered), dosen berfungsi sebagai pemberi informasi yang utama.

2. Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Melalui Gaya Kognitif
Dalam menulis, tidak hanya metode pembelajaran yang berperan dalam menentukan keberhasilan mahasiswa dalam menulis, gaya kognitif turut berperan dalam menciptakan kemampuan menulis mahasiswa. Gaya kognitif merupakan kebiasan bertindak yang relatif tetap dalam diri seseorang, dalam cara berpikir, mengingat, menerima, dan mengolah informasi. Kecenderungan gaya kognitif mahasiswa perlu diketahui oleh dosen yang mengajar mata kuliah menulis. Hal itu perlu diperhatikan, mengingat dalam gaya kognitif yang sifatnya menerima informasi terdapat dua perbedaan, yaitu: mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field dependent dan mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field independent.
Sehubungan dengan hal di atas, dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field dependent, dapat melalui dua cara, yaitu (a) penguatan eksternal dan (b) penguatan internal.


a. Penguatan Eksternal
Mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field dependent akan termotivasi dalam menulis apabila adanya penguatan eksternal. Penguatan eksternal ini dapat berupa : (a) pujian; dan (b) belajar kelompok:
b. Penguatan Internal
Dosen dalam mengajarkan menulis hendaknya memberikan penguatan internal kepada mahasiswa. Penguatan eksternal ini dapat berupa memberikan penyadaran kepada mahasiswa bahwa menulis tidak hanya memerlukan faktor intrinsik tetapi lebih dari itu adanya motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik merupakan salah satu pendukung dalam keberhasilan menulis. mahasiswa akan meningkat kemampuan menulisnya apabila didukung oleh kemauannya untuk berlatih secara kontinyu. Dengan latihan secara berkesinambungan mahasiswa akan terasah kemampuannya dalam menulis sehingga ia dapat mengungkapkan gagasan-gagasan atau buah pikirannya secara runtut dan jelas. Hal lain akan berbeda jika dalam berlatih menulis mahasiswa terpaksa atau dipaksakan untuk berlatih bukan berdasarkan keinginannya sendiri.


C. Saran
Setelah memperoleh hasil penelitian, kesimpulan, dan memperhatikan implikasi, berikut ini beberapa saran yang diajukan.
1. Pembelajaran dengan metode quantum teaching perlu diajarkan kepada mahasiswa di Jurusan PGSD FIP UNJ .
2. Dalam menerapkan metode quantum teaching perlu diperhatikan mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field dependent serta mahasiswa yang memiliki gaya kognitif field independent sehingga apabila diperhatikan pada waktu pembelajaran dosen dapat meminimalisasi tingkat kekurangan dari masing masing gaya kognitif mahasiswa tersebut dan dapat berimplikasi kepada kemampuan menulisnya.
4. Dengan terujinya hipotesis mengenai interaksi antara metode pembelajaran dan gaya kognitif terhadap kemampuan menulis, perlu melakukan penelitian lanjutan yang menggunakan subyek yang lebih besar dan menggunakan metodologi yang lebih sempurna.















DAFTAR PUSTAKA

Amstrong, Thomas, “Quantum learning for Teacher”, http : // www. vtep. Edu /cetal/quantum/develop.html. 2005.

Cere, Anne Roggles, Writing and Learning, New York : MacMillan Publishing Company, 1985.

Denny, J. Petter, “A General Theory of Cross-Cultural Variton in Cognitive Style,” http:..www.ssc.vwo, ca/psychology/cognitive/Denny/1996-Theory.html, 1996.


Deporter, Accelerated Learning”, h. 6, 2005, http://www. Learningforum.com.

DePorter, Bobbi & Mike hernacki, Quantum Learning Bandung: Kaifa, 2003.

Entwistle, Noel, Style of Learning and Teaching, New York:Jhon Wiley & Sons Ltd., 1981.



Hamied, Fuad Abdul, Proses Belajar Mengajar Bahasa, Jakarta: Depdikbud, 1987.

HP, Ahmad, “Gaya berpikir, Latar Belakang Pendidikan, dan Kemampuan Menulis Mahasiswa IKIP Jakarta dalam Tiga Aspek Wacana, Keterpaduan, Keruntutan, dan Kelengkapan”. Disertasi. Program Pascasarajana IKIP Jakarta, 1994.


Jacobsen, David & Paul Eggen, and Donald Kauchak, Methods for Teaching: A Skills Approach, Columbus, Ohio: Merril Publishing Company, 1989.

Jones, Writing tips, http;//www/Missouri, edu/2pautf31/tips htm. 1996.

Karsana, Ano, Keterampilan Menulis, Jakarta: Karunika, 1986.

Krashen, Stephen & Sy- Ying Lee, “Competence Foreign Language Writing: ProgressandLacunae”,http://www.sdkrashen.com/articles/progressinl2/

Liu, 1999. “Cognitive Style and Distance Education”, http://www.weitga.edu/-distance/liu23.html,


N.K Roestiyah, . Didaktik-Metodik, Jakarta: Bumi Aksara, 1982.


Seidman, Robert H. “Journal of Educational Computing Research”, Volume 14 & 15, Baywood Publishing Company, Inc, 1996.

Sitompul, http://berita.penabur.org/200205 /artikel /quantum-t.htm.2002.

Sudjana, Nana. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru, 1989.

Weir, Cyrill J., Communicative Language Testing; New york: Prentice hall, Inc, 1990.

Tidak ada komentar: